My PhotoSlide

22/05/08

Memulai Petualangan Arung Jeram (Berwisata Ke Probolinggo Bag. III)

Memulai Petualangan Arung Jeram


CATATAN PERJALANANAN
BERWISATA KE PROBOLINGGO BAGIAN III
Tibalah saatnya petualangan arung jeram dimulai, peserta dari masing-masing tim dibantu oleh para pemandunya segera menaiki perahu karet yang sudah disiapkan. Perahu karet yang digunakan untuk arum jeram ini terdiri dari 3 baris/saf tempat duduk dimana masing-masing saf di tempati 2 orang di sisi kiri dan kanan. Posisi duduk masing-masing tim diatur oleh para pemandu sedemikian rupa agar bisa mencapai titik keseimbangan. Sepatu/sandal yang kami kenakan juga harus dilepas dan diikatkan pada tali serta dikaitkan di belakang perahu
Mengingat tim 2, 3 dan 4 memiliki jumlah personel masing-masing 4 orang maka para pemandunya dengan mudah membagi posisi duduk agar seimbang (2 orang di sisi kiri dan 2 orang di sisi kanan). Berbeda dengan kami tim 1 yang beranggotakan 5 orang dengan kondisi berat badan yang tidak seimbang sehingga si pemandu membutuhkan waktu untuk mengatur posisi duduk yang pas. Tanpa terasa, tim-tim lainnya sudah meninggalkan kami dengan melakukan start terlebih dahulu. Suara teriakan histeris mereka terdengar begitu jelas sehingga mengusik kesabaran kami untuk segera memulai petualangan arung jeram ini.
Sebelum berangkat, kami berdoa terlebih dahulu kemudian pemandu kami, Eboy mengajarkan yel-yel khusus sebagai bentuk kekompakan tim. Eboy lantas mengeluarkan perintah “MAJU” dan kami pun mendayung dengan penuh semangat untuk mengejar ketertinggalan tim kami. Namun baru 5-6 kali mendayung, perintah pun langsung berubah, si eboy berteriak ”BOOM”, karena ada jeram “selamat datang” di depan kami. Secara spontan kami pun langsung duduk jongkok di dalam perahu.
Mengingat jeramnya yang cukup sulit dan sempit, maka serentak suara teriakan histeris kami menggema diantara tebing-tebing tinggi. Suara histeris ini merupakan campuran antara kesenangan, ketegangan dan ketakutan. Kami sempat merasa takut kalau-kalau terjadi kecelakaan baik karena perahunya terbalik/bocor atau ada yang jatuh terhempas ke sungai. Namun, ketakutan ini mulai teratasi karena kami melihat sebuah perahu lain yang menanti di bawah jeram, ternyata mereka adalah team rescue yang bertugas untuk memberikan pertolongan sewaktu-waktu jika terjadi sesuatu yang tidak diinginkan.
Perahu team rescue ini berisi 5 (lima) orang dimana salah satu diantaranya adalah fotografer yang akan mengambil gambar kami pada event-event tertentu selama berarung jeram. Mereka dilengkapi dengan peralatan HT (Handy Talky) yang digunakan untuk berkomunikasi dengan anggota-anggota lainnya yang berada di darat. Pada jeram-jeram yang sulit dan berbahaya, perahu Team rescue ini selalu diposisikan berada di depan. Setelah itu perahu masing-masing tim baru diperbolehkan melewati jeram tersebut satu persatu sesuai perintah pemandunya.
Si Eboy memberi kami informasi bahwa kedalaman air pada wilayah jeram tidak terlalu dalam dibandingkan pada wilayah air yang tenang. Dia menambahkan bahwa Jika salah satu peserta terjatuh/tenggelam maka secara otomatis badannya akan terdorong ke atas karena pengaruh daya apung pelampung yang dikenakannya. Daya apung dari pelampung itu sendiri mencapai 160 km/jam. Dia mengatakan bahwa masih terdapat puluhan jeram lagi yang harus kami lewati untuk sampai ke garis finish. Setiap jeram memiliki namanya masing-masing, contohnya “jeram matador” sembari menunjuk ke arah jeram yang berada di depan kami.
Tatkala melewati jeram ada beberapa kesalahan yang kami buat terutama ketidakmampuan mempertahankan dayung pada posisinya sehingga bergerak kesana kemari sampai mengenai tubuh rekan sendiri. Hal ini terjadi secara spontan -tanpa disengaja- pada waktu melewati jeram terjadi guncangan keras sehingga posisi dayung tidak bisa dikontrol. Jika mengenai kepala, tidak masalah karena kepala kami terlindungi oleh helm yang telah kami kenakan sejak awal. Namun jika dayungnya mengenai muka/wajah maka efeknya bisa melukai. Seperti terjadi di tim 4 dimana dayung yang dipegang Indra mengenai bibirnya Bu Jun sehingga menjadi bengkak.

3 (tiga) Lokasi Pilihan
Secara keseluruhan dalam perjalanan arung jeram kali ini setidaknya ada 3 lokasi yang dipilih dan sudah ditentukan oleh manajemen Songa dimana kami berhenti dan diperbolehkan turun, lokasi tersebut adalah :


1. Di Tempat Persinggahan
Pihak manajemen Songa Rafting menyediakan tempat persinggahan sementara untuk mengembalikan kondisi para peserta agar fit kembali. Tempat ini terletak di pertengahan rute arung jeram yang kami jalani. Tempatnya cukup sederhana hanya terdapat meja dan tempat duduk yang terbuat dari bambu. Kami beristirahat ± 15 menit sambil menikmati hidangan Teh Poka panas dan pisang goreng yang disediakan oleh seorang bapak tua yang merupakan warga kampung sekitar. Untuk mengantarkan hidangan ini tepat waktu, Bapak tersebut telah di kontak terlebih dahulu melalui HT oleh Team Rescue.
Untuk kali kedua, kami merasakan Teh Poka dimana pertama kali kami merasakannya pada saat berada di Villa Kampoeng Kita. Teh ini cukup efektif untuk menghangatkan tubuh kita karena menurut Mba Yuli, teh ini merupakan teh dengan campuran jahe, keningar dan cengkeh..

2. Di Air Terjun
Kami melewati 2 lokasi air terjun yang dipenuhi dengan kalelawar yang berkeliaran di sekitarnya. Ada satu hal yang mengusik indera penciuman kami tatkala melewati ke dua lokasi air terjun ini yaitu tercium bau yang sangat menyengat. Menurut Pak No, ini merupakan bau amoniak yang bersumber dari ratusan kalewar yang bergelantungan disekitar tebing air terjun.
Salah satu hal yang mengagetkan sekaligus mengasyikkan dalam petualangan ini adalah tatkala perahu kami berada tepat di bawah air terjun. Dengan seketika air yang jatuh dari atas tebing tersebut mengenai perahu dan mengguyur seluruh badan kami. Peristiwa ini berlangsung selama beberapa detik saja namun kami sudah bisa merasakan air terjun yang cukup dingin, segar dan alami.
Dari kedua lokasi air terjun ini, yang memiliki pemandangan cukup indah dengan aliran air terjun yang jauh lebih besar adalah lokasi yang kedua. Oleh karena itu kami diberikan kesempatan untuk turun ± 15 menit dan menikmati keindahan air terjun ini dari jarak dekat. Sang fotografer lalu meminta masing-masing tim berpose dibawah air terjun untuk kemudian mengabadikan momen penting ini melalui jepretan-jepretan kameranya.

3. Lompat dari atas Tebing
Dari hasil penelusuran tim arung jeram, ditemukan sebuah tebing yang cukup bagus dengan ketinggian  5 m dan kedalaman air sekitar  3 m sehingga aman untuk dijadikan lokasi lompatan ke dalam air. Kami pun berhenti di lokasi tersebut ± 15 menit dan para pemandu memberi kesempatan bagi siapa saja peserta yang mau melompat/terjun dari atas tebing. Para peserta yang mengambil kesempatan ini antara lain : Pak Hendro, Mba Ike, Bhagaskoro, Tyo dan Yazid. Teman-teman lain hanya ikut menyaksikan dan memberi support kepada mereka..

Kembali ke Basecamp
Tanpa terasa kami telah sampai ke garis finish. Syukur Alhamdulillah, kami semua telah berhasil melalui perjalanan arung jeram ini dengan aman dan selamat. Satu persatu personel dibantu para pemandunya untuk turun dari perahu. Untuk menuju ke lokasi parkir kendaraan, kami harus melanjutkan berjalan kaki menaiki bukit  200 m. Perjalanan ke Basecamp dari lokasi ini ternyata cukup dekat yang hanya membutuhkan waktu kurang dari 10 menit.
Pukul 12.00 WIB, tibalah kami di Basecamp Songa Atas, kami pun turun dari mobil pickup satu persatu dan langsung menuju mobil kami untuk mengambil pakaian dan peralatan mandi. Bu Pur dan Mba Yuli yang telah menunggu selama 3 jam merasa sangat senang melihat kami semua telah tiba dengan selamat. Mereka berdua karena sesuatu hal tidak bisa mengikuti petualangan Arung Jeram ini dan memilih menunggu di Basecamp. Kami pun segera mandi, sholat dan istirahat makan. Kesempatan istirahat ini tidak disia-siakan oleh para peserta untuk saling menceritakan pengalaman lucu dan menegangkan yang terjadi pada timnya masing-masing sepanjang berarung jeram/rafting.
Beberapa foto kami tatkala rafting yang diambil oleh fotografer Songa juga telah ditransfer ke komputer. Petugaspun memperlihatkannya kepada kami, dan memberitahukan bahwa biaya mengcopy foto Rp. 25.000 per filenya. Sebanyak 17 file foto kami copy ke flashdisc untuk dibawa pulang ke Malang sebagai kenangan dan saksi petualangan seru kami dalam BERARUNG JERAM. Tepat pukul 12.45 WIB, kamipun segera melanjutkan perjalanan menuju wisata berikutnya yaitu Wisata Gunung Bromo.

Foto-Foto Petualangan Seru Wisata Arung Jeram Sungai Pekalen

Tidak ada komentar: